cerpen: catatan sepotong senja

CATATAN SEPOTONG SENJA
Karya: S’N
 

Senja perlahan meninggalkan Ternate, tatkala seorang lelaki kumul dengan pakaian lusuh dan rambut gondrong berjalan menyusuri jalan-jalan kota, entah kapan terakhir kali jeket coklat dan celana jeans yang melekat ditubuh lelaki itu ia cuci. Lampu-lampu kota telah berkedip sedang gemintang dan purnama terlihat asik beradu kasih di atas daratan Halmahera. Kota sangat sesak sekali malam itu, dipadati manusia dengan berjuta warna datang untuk menikmati salah satu artis yang manggung di lapangan Salero. Lelaki itu menuju salah satu pantai yang ada di pusat kota, dibibir pantai lelaki itu dengan kebiasaannya, ia menghisap kretek dan menciduk kopi yang dibawa dari kosannya.
Indahnya gemintang dan purnama, yang saling melangkapi walau berbeda secara bentuk dan sifatnya, tapi kenapa kebanyakan manusia tidak mau belajar dari semua  ini. Pikirnya,
Kebisingan kota malam ini, tak sedikit pun  mengganggu lelaki itu yang terlarut dalam imajinasi tentang bulan dan gemintang yang bertengger di laut halmahera, lamunan itu berhenti ketika kopi yang ia bawa dari kosnya tumpah karna tak sengaja di sentuh oleh kaki seorang wanita yang sedang bberjalan melewati ia.
Maaf  yah mas, aku gak sengaja. Ucap wanita itu sambil  memperbaiki botol kopi yang dibawa oleh lelaki itu.
Nggak apa-apa kok, kopinya tidak tumpah. Ucap lelaki itu sambil melirik wanita tersebut.
Wanita tersebut pun berlalu, ada rasa yang tertinggal dalam jejak langkanya, menyisahkan tanda Tanya dalam hati
Ah wanita itu hanya keindahan yang sesaat. Ucap lelaki itu sambil kembali menatap  gemintang  dan rembulan.
Tapi perkara rasa, siapa  yang bisa menebak, daim-diam ada rasa ingin kembali bertemu dengan wanita itu, kontradiksi pun muncul  antara hati dan akal.
Akal : kamu jangan bodoh, wanita  itu  hanya sesaat,  mana mungkin kamu menaru rindu kepada orang yang sesaat.
Hati :  tapi ada yang berbeda dari  dia, tak  pernah kutemukan ketenangan sehangat ini ketika mata ini meliriknya secara diam-diam.
Akal : ini hanya perkara waktu, jangan sampai kau  terjatuh  dalam lubang yang dalam,karena rasa konyolmu.
Hati ; tapi tidak salahkan kalau kita men……
Woee ngelamun terus  lhu. Dengan serentak  doni memukul bahu  lelaki itu.
Ah kamu ni ganggu  lamunan  orang saja, kamu lagi ngapain disini? Ucap lelaki itu.
Aku ada rapat bersama Organisasiku ditaman ini. Itu mereka berkumpul disana. Jawab doni sambil menunjuk teman-temannya yang duduk di tempat Bundaran taman.
Semesta punya cara menyimbangkan dunia, dan juga punya cara menyatukan dua insan yang saling mendoakan.
Dunia  lelaki itu berhenti sejanak, ketika matanya menemukan sesuatu yang membuat ia tak bisa berkutip, dalam sedetik lamunannya kembali buyar ketika doni mohon pamit untuk  bergabunng bersama teman-temannya.
Detikpun berlalau, lelaki itu memilih tunduk pada akal, karena pada dasaranya hal yang serupa pernah terjadi, ketika pertemuan pertama lelaki itu dengan mantan kekasihnya yang meninggalkan dia karena  ada lelaki yang lebih tampan dan lebih tajir darinya.
lelaki itu pun mengikuti kata akalnya wanita itu hanya sesaat,dan aku tak mau  terjatuh lagi, seperti apa yang dikatakan da’i  sejuta umat, “kita harus belajar dari  sejarah, agar kita jangan jatuh ditempat yang sama  untuk kedua kalinya”.
Lelaki itu memlih berdiri dan kembali menjejaki langit-langit kota dan pulang ke kediamannya, sebelum wanita itu kembali mengahancurkan benteng pertahanannya.
“Dunia luar telalu kejam, tempat yang paling tenang adalah kamarmu”  di pembaringan lelaki itu sulit memejamkan mata, ada rindu yang telah semesta goreskan di langit-langit kota, menyisahkan gelisah di antara kenangan. Waktu  terus  berlalu jam dihp menunjukan pukul 4pagi, ayam mulai bangun menjalankan tugas mereka unntuk membangunkan orang-orang dalam melaksanakan kewajiban,sedang lelaki itu perlahan tertidur dan bermain dalam dunia  mimpi.
            Nada dering hp membangunkan lelaki itu dari tidur yang sesaat, lelaki itu mengangkat telponnya dengan wajah yang masih setengah sadar karena semalam ia tak tidur.
Halooo” ucap lelaki itu dengan suara yang lemas
Sudah siang ni, bangun dan segera ke kampus ada masalah penting ni” ucap Doni dengan nada suara yang serius
“ kalau gitu aku siap-siap dulu” ucap lelaki itu dan bergegas mencuci wajahnya dan segera menuju kampus.
Di pertengahan  jalan menuju kampus, lelaki itu melihat di gerbang kampus mahasiswa pada ramai dan ada asap itam yang  menjulang ke langit. Ada mesalah apa sampai gerakan teman-teman menutup kampus, kata laki-laki itu dalam hati.  Lelaki itupun berlari menuju ke kampus karena telah terjadi gesekan mahasiswa dengan  petugas kampus dan para dosen. Tak terduga semesta berkerja siang itu, dalam kondisi berlari lelaki itu menabrak wanita yang berlari undur dari keremunan massa didepan kampus, mereka berdua pun tergeletak di tanah dan saling menetap dalam diam. Maaf”ucap wanita itu membuyarkan kembali tatapan lelaki itu. Nggak apa-apa, aku yang salah juga sih, ngomong-ngomong kamu satu kampungdenganDoni yah?” dengan nada santai dan coba mengajak wanita itu bercengkrama. Iya, aku satu kampung dengan Doni, kamu tau dari mana? Tanya balik  wanita itu. Kamu ingat semalam yang nendang kopi itu? Ucap lelaki itu. Astaga, yah aku  ingat, itu kamu yah, aku minta maaf lagi yah, kenalin aku Nurlailah” ucap wanita itu sambil mengulurkan tanganmya untuk berkenalan. Lelaki itu kembali terdiam sejenak entah  apa yang dipikirkannya yang pastinya tidak lepas dari wanita itu, mas tidak mau kenalan dengan aku” ucap wanita itu membuat lelaki itu kaget, aku Riski, kamu udah semester berepa? Tanya Riski sambil menjabat tangannya  nurlailah. Iki lepasin dong tanganku” ucap laila membuat riski tersipu malu, aku semester 6,kalau kamu  ki? ” ucap lailah. Kalau aku baru semester…..” belum selesai berkata telah  terdengar ada seorang mahasiswa yang menjerit kesakitan membuat riski harus pamit dan berlari menuju gerbang kampus. Nanti kita bercakap lagi yah, aku  harus kesana” ucap Riski dan berlalu dari hadapan lailah.
Semesta penuh keunikan, ia mempertemukan seseorang dengan cara-cara yang tak terdugaa.
Siang itu kembali memanas ketika tindakan  agresif dari dosen telah membuat salah satu mahasiswa terluka dikepalanya karena dipukuli dengan megafon ketika mahasiswa berorasi didepan gedung fakultas. Mahasiswa yang terluka itu adalah Doni teman baiknya Riski. Riski adalah salah satu mahasiswa semester14, yang sudah bisa bilang mahasiswa tua di kampus, saking tuanya Riski  telah memegang semua rahasia kampus, Riski yang semasa awal kuliahnya  telah aktif dalam dunia gerakan, telah menumbuhkan jiwa idiealisnya,  hingga tak bisa dipungkiri riski bukan hanya berurusan dengan dosen yang tidak professional tapi juga dengan pihak  aparat kepolisian, memasuki usia  semester yang ke 14 ini, membuat Riski  kembali ikut aman untuk cepat wisudah, tapi siang itu singa telah kembali ke medan pertempuran,  ketika tetesan darah temannya tidak bisa mengontrol tolorensi sang singa yang tertidur, dengan megafon yang telah dia ambil dari adik-adik tingkatnya ia naik di atas gerbang dangan gaya oratornya yang  begitu persuasif telah menarik perhatian mahasiswa dan kambali berjejer melawan kesewenangan kampus.
Kepada pihak birokrasi kampus yang sangat saya tidak hargai, dan kawan-kawan mahasiwa yang masih berdiri teguh di atas suara-suara kebenaran, lihat dan saksikanlah ulah tangan-tangan tak bertanggungjawab itu, menggores luka memicuh perlawanan. Lantas apakah kita masih memilih diam membiarkan preman-preman kampus berlagak dengan sombong dengan lebel dosen, rapatkan barisan kawan-kawan, kepalkan tangan kiri sebagai bentuk perlawanan. Tidak ada jalan pulang bagi pejuang sebelum meraih kemenangan atau kematian.
Orasi Riski siang itu kembali menggebu dann membangkitkan semangat seluruh mahasiswa, ,demonstrasi terus berlanjut hingga 1 minggu kampus ditutup, birokrasi kampus tak kehabisan akal dengan mental penjajah mereka coba gunakan taktik tawaar-menawar pada pihak korban. Doni yang dirawat di puskesmas di datangi beberapa dosen dangan  tawaran dia akan diwisudakan tahun ini
Doni kita selesaikan masalah ini, pak janji jika kamu bisa meredahkan aksi tersebut dan kembalikan nama baik kampus kita maka pak akan usaha wisudakan kamu  tahun ini” kata salah satu  oknum dosen
Tapi pak,” sebelum menyelasaikan bicaranya Doni,  oknum dosen melanjuttkan
Kami tahu kamu pasti memikirkan Riski, tapi ingat kesempatan untuk bahagiakan orang tua jangan lupa, Riski itu  dia tidak sayang sama orangtuanya dan pastinya dia akan menolak tawaran ini” oknum dosen itu meyakinkan Doni
Baik pak saya terima, saya akan hubungi media besok dan saya akan ajak teman-teman bicara agar meleraikan aksi ” ucap Doni walau dalam keraguan
Semesta selalu unik dalam menciptakann konflik, malam itu pertemuan doni dengan oknum dosen di dengarkan oleh lailah pacarnya doni, lailah dan doni telah dua bulan menjalani hubungan setalah doni mengaktifkan  organisasi di  kampungnya. Sedang di kampus lelaki kusut itu masih setia  denngan kopi dan kretek, ia mencoba melukis kembali lailah sang gadis yang telah menghipnotis dirinya.
Semesta begitu unik, walau dalam keunikannya  ada air mata yang harus tumpah, riski yang malam itu berpamitann dari  kawan-kawannya yang masih duduk  digerbang kampus untuk menjenguk doni yang masih dirawat dipuskesmas, langkahnya terhenti didepan pintu kamar Doni ketika bola matanya menjadi saksi dua tangan yang saling menggenggam dalam senyuman, malam itu duka kembali  menyelimuti hati, dalam langkanya yang perlhan,Riski harus pura-pura kuat dengan senyuman, ketika ia mendekati tempat tidur doni, doni telah melihatnya dan memulai percakapan.
Hai Riski kemari disampingku” ucap Doni, Riski pun masuk dalam kepuraan-puraan yang luar biasa, ada rasa marah yang meyelimuti dirinya, kenapa  Lailah harus dengan Doni,  bukan dengan orang lain, Riski kenal betul  Doni lelaki yang gonta ganti wanita setiap malam dikamar kosnya, hal ini yang membuat ristki tidak merelakan jika Lailah harus  dengan doni.
Malam pun berlalu, keeskon harinya para demonstran mulai melanjutkan aksi  di depan gerbang kampus, “Riski’ panggil Lailah yang berdiri di samping kerumunan massa aksi, iya ada apa Lailah”  jawab Riski. Aku mau ngomong sesuatu dengan kamu. Ucap Lailah dengan nada serius. Mau ngomong apa, ko ekspresimu  serius bangat” ucap Riski dengan nada bercanda. Setelah Lailah jelaskan semua tentang  apa yang terjadi semalam antara Doni dengan oknum dosen. Dalam keadaan marah Riski tak menghiraukan Lailah lagi, Riski bersama-sama temannnya  kembali duduk dan mendiskusikan hal yang terjadi,  karena dugaan Riski  akan ada surat drop out yang keluar. Belum usai mengatur strateginya kembali ada petugas kampus yang mengantar sebuah surat kepada Riski. Sungguh semesta masih tetap unik walau ada masa depan yang  dikorbankan dengan pengkhianatan, sungguh manusia telah banyak lupa cara berterimakasih. Surat drop  out bukan  pertanda kematian” ucap Riski  dengan nada  semangat,
Aku tak memaksa kepada seluruh teman-teman unntuk terlibat dalam kegilaanku, tapi satu yang ku yakini menjadi gila  dalam bertindak adalah kemenangan. Ucapnya  sambil merebut corong dan melampiaskan amarahnya di gerbang kampus dengan almamaternya yang ia pegang di atas nyala ban mobil, dengan perlahan ia jatuhkan almamater  itu dan berkata “kampus adalah lembaga pembodohan, sebodoh para penghianat yang melebeli diri dosen  tapi bermental penjajah”kata riski dan berlalu meninggalkan kampus
Senja kembali menyapa ternate, diujung bibir pantai, riski tuang segala keluh dan kesahnya, mungkin betul kata gie “orang-orang seperti kita tidak pantas mati diatas ditempat tidur” , tidak ada yang perlu aku sesali karena setiap pilihan memeliki konsukuensi, jika memilih jadi pejuang maka siap diasingkan atau dihilangkan. Tak terduga sore itu laila dan doni juga ada di pantai itu, mereka berdua menghampiri riski yang sedang menikmati krtek diujung langit yang memerah.
Iki maafkan aku yah” ucap doni dari belakang riski
Belajar beretika, ketika bercerita dengan orang harus dari depan jangan di belakang”riski menjawab dengan nada santai
Kamu masih marah sama aku” ucap doni dengan nada memohon.
Tidak ada yang salah kenapa harus minta maaf, kamu berhak mengambil pilihan dalam hidupmu. Yang telah terjadi jadikan dia sebagai proses menuju dewasa, penyasalan itu tiada arti, karena pada prinsipnya segala yang hidup pasti punya akhir, begitupun dengan semuah jalan pasti akan ada ujung, dan juga dengan sahabat pasti akan berpisah, mungkin dengan pristiwa ini semesta punya maksud bahwa ternyata  kita berdua tidak layak untuk saling mengikat tali persaudaraan, cukup dengan kata teman saja” ucap riski dan semuah kembali sunyi
Doni dan lailah hanya bisa terdiam, semesta punya cara yang unik unntuk membalas kejahatan,dalam diam, tiba-tiba ada tangan yang mendarat dipipinya doni.
Kamu bohong yah doni, kamu bilanng kamu dan lailah sudah putus, lalu apa maksud kamu membawa aku kekamar kosmu semalam”ucap perempuan itu dan terus memukul dan mengomeli doni
Ketika wanita simpanan doni lekas pergi dengan omelan yang tiada henti, kini tinggal lailah,  terdiam bisu dengan air mata yang mengalir dari wajah manisnya, doni coba menenagkan lailah tapi apa bisa buat, wanita mana yang tidak sakit jika diduakan. Lailah sandarkan tangan dipipinya doni dan dengan spontan lailah berucap “kita putus”, doni berusaha mengejar tapi lailah tidak menoleh hingga hilang bayangnya bersama senja yang terganti gelap.
Diujung tarikan kreteknya, riski bersyair temani nyayian ombak yang sesekali menghantam karang dengan keras.
Laksana senja disore hari
Indahmu hanya sesaat, tapi berarti bagiku
Alang-alang kian asik bermain dengan angin
Luapan cinta ini kian menderu dalam dada
Apakah jeda diantara kita akan menjadi titik
Hanya harap dalam doa, moga semesta kembali mempertemukan kita dengan cara yang unik

Tidore, tgl 30 Maret 2020






Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH PERCAKAPAN BAHASA TIDORE HARI-HARI

BAB I Analisis Makna Verbal dan NonVerbal Tradisi Lisan Kabata Masyarakat Tidore Kecamatan Tidore Utara Kelurahan Afa-Afa

opini singkat, "ketika cinta telah memeliki standar, maka kamu hanya ingin dimiliki berdasarkan standarnya"