opini






Menata pradigma pendidikan
            Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang bertanya, bertanya tentang segala hal, tentang dirinya, tentang alamnya. Factor bertanya inilah yang mendorong manusia mencari dan ingin menemukan apa yang ia tanyakan. Proses bertanya itulah menghasilkan peradaban manusia yang terus bertransisi hingga saat ini. Dalam setiap fase, masyarakat sadar bahwa yang melanjutkan budaya dan peradaban mereka adalah garis keterunun mereka, hingga tak bisa di pungkiri dalam fase perkembangan pola pikir masyarakat menghasilkan satu peradaban yang di namakan sekolah itu sendiri, legitimasi lembaga sekolah sebagai ujung tombak dalam mengembangkan dan memajukan pola piker suatu masyarakat itu sendiri.
            Sekolah pada perkembangannya mengalami banyak kritikan dari berbagai kalangan, semisalnya kritikan dari tokoh kritikus dari Rusia Ivan Illic dengan bukunya masyarakat tanpa sekolah, bahkan di Indonesia sendiri ada tokoh-tokoh praktisi pendidikan maupun aktivis pendidikan yang turun ambil andil dalam mengkritik system pendidikan sebut saja Eko Prasetyo itu sendiri yang dalam buku-bukunya “orang miskin dilarang sekolah”, “guru mendidik untuk melawan”, buku-buku kritikan tentang pendidikan ini adalah buah pimikiran yang hadir karena perenungan antara ide dengan realitas yang tidak sesuai.
            Indonesia dengan konstitusi tertinggi UUD Dasar 1945 telah menjabarkan secara jelas tujuan pendidikan indonesia yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, kini berbalik dari apa yang kamudian di cita-citakan, 74 Tahun kita berbangga dengan kata merdeka tapi faktanya kita masih terjajah dengan berbagai aspek bahkan termasuknya adalah pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah seperti ungkapan bapak pendidkan brasil Paulo freire “pendidkan adalah memanusiakan manusia” tapi faktanya adalah menjadikan manusia menjadi budak dalam lembaga sekolah dengan aturan yang kaku.
            Kiranya, ini menjadi evaluasi seluruh elemen masyarakat maupun pemerintah yang mungkin masih memilih bertahan dalam system pendidikan Indonesia yang mengadopsi system pendidikan kolonialisme yang kaku.yang mengasingkan generasi dari lingkungannya, memaksa generasi berlari-lari di jalan dengan jarak yang jauh hingga tak parcaya pada dirinya sendiri. Seperti ungkapan sederhana yang di sampaikan Albert Enstein “ semua orang adalah jenius, tapi jika kita menilai ikan itu cerdas apabila ikan itu  bisa memanjat pohon maka ikan itu seumur akan merasa dirinya bodoh”. Faktanya pendidikan kita memaksa generasi kita tunduk pada kemauan Negara yang cenderung hanya mempersiapkan generasi berkerja dalam dunia pasar, maka menurut asumsi penulis pendidikan kita tak bedanya dengan pendidikan masa kolinialisme dengan kepentingannya adalah tetap menjaga wilyah ekpansi mereka dengan system pendidikan yang kebijakannya memaksa generasi takut dan patuh pada kemauan mereka.
            Mungkin, kiranya kita sebagai orang yang sadar bahwa saat ini lembaga pendidikan formal yang di amanatkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tak mampu menjawab segala tantangan bangsa saat ini, jika faktanya lembaga sekolah yang dipercayai oleh  masyarakat kini realitasnya berbalik, faktanya lembaga sekolah hanya menciptakan zombie-zombie muda bangsa yang saling memakan antara satu dengan yang lain.
            Kiranya ekspor penulis di atas, penulis berasumsi bahwa pendidkan formal Indonesia kini harus di evaluasi system dan kebijakannya yang terlihat kaku dan menciptakan generasi yang pasif, tidak percaya diri dan tidak bertanggujawab. Pertama yang penulis lihat adalah dalam lingkungan sekolah hanya menciptakan kesenjangan antara siswa satu dengan yang lain dengan membuka ruang kompetisi yang begitu besar yang berakibat menciptakan generasi yang mementingkan diri sendiri. Kedua yang penulis lihat adalah lembaga sekolah menciptakan kesenjangan antara yang kaya dan miskin, kesenjangan ini dimunculkan oleh tidak meratanya pendidikan yang ada di wilayah Indonesia hingga di setiap sekolah ada pelebelan sebagai wujud dari hasil penilaian masyarakat semisalnya sekolah bermutu dan sekolah yang tidak bermutu yang menerima siswa dengan berbagai seleksi dan biaya yang besar dan sekolah yang tidak bermutu kebanyakan di huni oleh masyarakat ekonomi kelas bawah.
            Secara historis kita terjajah begitu lama oleh bangsa asing, bahkan pasca kita merdeka pun masih terjajah oleh pejabat yang bermental penjajah. Semuah tokoh-tokoh pendidikan berspakat bahwa menjadi solusi untuk menjawab semuah masalah yang terjadi saat ini adalah pendidikan itu sendiri, maka dari uraian singkat ini teman-teman bisa mengambil satu kesimpulan bahwa system pendidikan kita tidak berjalan sesuai dengan apa yang di amanatkan oleh UUD dan para tokoh-tokoh pendiri bangsa itu sendiri, kira ini menjadi keresahan penulis yang tidak lagi percaya pada lembaga pendidikan formal yang direkaya oleh Negara dengan dalil dengan bersekolah masa depan kita terjamin tapi faktanya nonsen, perampasan ruang hidup masih terjadi dimana-mana, masuknya TKA, sarjana pengangguran, dan masih banyak maslah yang ada di Negara kesatuan Indonesia. Seharusnya ini menjadi dalil yang kuat bawa kita harus keluar dari kukungan system pendidikan dan bentuk pendidikan alternative sebagai bandingan terhadapa lembaga sekolah yang cenderung menciptakan zombie-zombie muda.
Ternate 15 desember 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH PERCAKAPAN BAHASA TIDORE HARI-HARI

BAB I Analisis Makna Verbal dan NonVerbal Tradisi Lisan Kabata Masyarakat Tidore Kecamatan Tidore Utara Kelurahan Afa-Afa

cerpen" percekapan tetangga antara covid dan kebohongan"