NARASI LIAR MAHASISWA STUDI AKHIR
Catatan Mahasisa Studi Akhir
KARYA"H"
Mentari mulai menyapa semesta, bersama cinta , anak-anak semesta mulai menyusuri jalan juang demi isi perut, sedang aku masih menikmati kretek dan kopi sambil berimajinasi tentang hidup yang kian tak pasti, di kamar kos ini aku bersama cinta yang hampir patah, bertanya pada dinding-dinding dan kesunyian, apakah aku punya masa depan, hidupku berantakan, kuliah ku tak beres, sedang aku dituntut oleh semuah pihak untuk selesaikan studiku, aku di ambang kehidupan dan kematian.
Catatan jalan juang ini begitu kontradiksi hingga mereka yang ingin menyalami kehidupanku akan bingung, dan itulah aku sekarang yag di lebeli oleh taman-temanku sebagai lelaki yang bingung, namaku husen, namaku sangat identik dengan nama cucu Nabi yang mati di tanah karbala atas nama memerangi kezaliman, tapi sayangnya nama yang di indetik dengan tokoh islam itu sangat jauh dari kondisi ku saat ini, aku yang dihimpit oleh berbagai macam tuntutan membuat aku jadi lelekai serba kebingungan.
Lewat bahasa sunyi dan patus asa, aku berbicara pada Tuhan yang tak bisa dijangkau tapi mendengar, aku mengaharapkan hidayanMU di jalan juang yang terjal ini, membimbingku dan menarik aku keluar dari kebingungan yang tak ada ujung ini.
Aku husen yang terlahir dari keluarga sederhana, tumbuh bersama cinta di bawah pohon palah dan cengkeh, memberanikan diri ke lumpur perkotaan demi ijasah yang konon katanya agar bisa menjaga status soaisl keluarga kini terperengkap dalam realitas dan prinsip yang ku pegang.
Kota yang ku dambakan di kampung halamanku bahwa disini tempat banyak perabadan lahir ternyata aku salah, di kota ini aku melihat manuisa telah menjadi budak akan uang, mungkin betul apa yang dikatakan oleh Plautus bahwa manusia adalah Homo homini lupus “Manusia adalah serigala bagi sesama manusianya”, dan itulah realitasnya, uang telah membuat manusia saling membunuh atara satu dengan yang lainya di kota ini.
Bahkan lebih mirisnya, yang malakukan itu adalah mereka yang berpendidikan dan aku takut bukannya pendidikan itu memanusiakan manusia, lantas mengapa tujuan pendidikan sekarang seperti hewan yang sama-sama hanya cari makan hingga lupa antar sesama.
Dikamar kos ini aku bersama cinta yang hamper patah, mengadu pada Tuhan yang tak bisa di jangkau tapi sangat dekat bahwa apakah selamanya yang berjuang atas nama kebenaran harus mati dan di asingkan?
Komentar
Posting Komentar